Kenapa IHSG Bisa Naik Turun? Inilah Faktor-Faktor Penggeraknya
2025-10-16
Bittime - IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) menjadi indikator utama dalam pasar saham Indonesia.
Pergerakannya sangat diperhatikan oleh investor, analis, dan pelaku pasar karena mencerminkan kesehatan pasar modal secara umum.
Namun, IHSG kadang bergerak naik tajam, lalu di hari berikutnya bisa turun signifikan — apa sesungguhnya penyebabnya?
Artikel ini mengulas secara komprehensif faktor internal dan eksternal yang memicu naik turunnya IHSG agar kamu bisa lebih paham dan mempersiapkan strategi investasi yang lebih baik.
Faktor-Faktor Utama Penggerak IHSG
Sentimen Pasar & Perilaku Investor
Perasaan kolektif investor sangat berperan — kabar positif (seperti regulasi yang mendukung, data ekonomi baik) memicu optimisme dan aksi beli.
Sebaliknya, kabar negatif (resesi, krisis global, isu politik) memicu ketakutan dan aksi jual massal — ini bisa menyeret IHSG turun.
Kondisi Ekonomi Makro & Kebijakan Pemerintah
Variabel seperti inflasi, suku bunga acuan BI, nilai tukar rupiah terhadap dolar, dan pertumbuhan ekonomi (PDB) memiliki pengaruh nyata terhadap IHSG.
Penelitian menunjukkan bahwa pelemahan rupiah, inflasi tinggi, atau kenaikan suku bunga bisa menekan indeks.
Kebijakan fiskal dan regulasi juga sangat penting — misalnya kebijakan perpajakan, tata kelola investasi asing, atau pembatasan ekspor.
Jika pemerintah mengeluarkan kebijakan yang dianggap merugikan pasar modal, investor bisa ciut dan menarik investasinya.
Kinerja Emiten & Laporan Keuangan
IHSG adalah agregasi dari banyak saham. Jika banyak perusahaan besar (blue chips) melaporkan kinerja buruk — laba menurun, beban tinggi, utang membengkak — maka harga saham mereka turun dan menyeret IHSG.
Sebaliknya, kinerja bagus perusahaan besar bisa menjadi pendorong kenaikan indeks.
Arus Modal Asing (Foreign Flow)
Investor asing memegang peran penting di pasar Indonesia. Ketika mereka membeli (capital inflow), IHSG cenderung terangkat karena tambahan likuiditas. Saat mereka menarik dana (capital outflow), pasar mengalami tekanan besar.
Volume Transaksi & Likuiditas
Volume rendah membuat pasar mudah terpengaruh oleh aksi besar (jual atau beli). Jika volume tinggi, pasar lebih stabil terhadap guncangan individual.
Faktor Global & Keterkaitan Internasional
Pasar Indonesia tidak lepas dari pengaruh global: kebijakan The Fed di AS, sentimen pasar global, krisis global, ekonomi negara besar.
Ketika saham di pasar global jatuh, investor bisa “kabur” dari pasar emerging, termasuk Indonesia. Penelitian juga menemukan bahwa indeks global seperti DJIA bisa menjelaskan fluktuasi IHSG.
Isu Politik & Sosial Domestik
Ketidakstabilan politik, pergantian kabinet, unjuk rasa besar, atau konflik sosial bisa melemahkan kepercayaan investor domestik dan asing, memicu penjualan saham.
Baca Juga: IHSG Adalah Singkatan Dari: Penjelasan, Cara Membaca Data, dan Sejarah Index Harga Saham Gabungan
Interaksi Antar Faktor & Dampaknya
Faktor-faktor di atas sering bertindak bersamaan dan saling memperkuat. Misalnya:
- Pelemahan rupiah + inflasi tinggi + aksi jual asing bisa membentuk spiral negatif yang mempercepat penurunan IHSG.
- Sebaliknya, inflasi terkendali + pertumbuhan ekonomi + arus asing masuk + kinerja korporasi baik bisa mendorong IHSG melonjak. [turn0search4]
- Kadang sentimen global memicu reaksi lokal meski kondisi fundamental domestik relatif stabil.
Gambaran di atas menjelaskan mengapa IHSG bisa bergerak cepat dan tak terduga — faktor makro, mikro, dan psikologis bersinergi.
Baca Juga: Harga IHSG Hari Ini dan Potensi Pergerakan Pasar
Cara Memahami & Menghadapi Fluktuasi IHSG
- Gunakan kombinasi analisis fundamental & teknikal sebelum memutuskan beli / jual saham.
- Pantau kebijakan BI, data ekonomi, nilai tukar, dan arus modal asing.
- Hindari keputusan berdasarkan emosi; miliki level stop-loss dan target keuntungan.
- Diversifikasi portofolio agar risiko tersebar — jangan seluruh investasi tergantung pada satu sektor.
- Long term mindset: fluktuasi adalah bagian dari pasar saham; investor yang sukses umumnya tahan terhadap gejolak jangka pendek.
Baca Juga: Analisa IHSG: Prediksi, Rekomendasi Saham, dan Peluang Investasi 2025
Kesimpulan
Naik turunnya IHSG tidak terjadi secara acak. Ada banyak faktor, dari sentimen hingga kebijakan makro, performa perusahaan, arus asing, dan dinamika global, yang secara bersamaan menentukan arah indeks.
Dengan memahami faktor-faktor ini dan merumuskan strategi yang tepat, kamu bisa lebih siap menghadapi gelombang pasar yang dinamis.
Cara Beli Crypto di Bittime
Ingin trading jual beli Bitcoin dan investasi crypto dengan mudah? Bittime siap membantu! Sebagai exchange crypto Indonesia yang terdaftar resmi di Bappebti, Bittime memastikan setiap transaksi aman dan cepat.
Mulai dengan registrasi dan verifikasi identitas, lalu lakukan deposit minimal Rp10.000. Setelah itu, kamu bisa langsung beli aset digital favoritmu!
Cek kurs BTC to IDR, ETH to IDR, SOL to IDR dan aset kripto lainnya untuk mengetahui tren crypto market hari ini secara real-time di Bittime.
Selain itu, kunjungi Bittime Blog untuk mendapatkan berbagai update menarik dan informasi edukatif seputar dunia crypto. Temukan artikel terpercaya tentang Web3, teknologi blockchain, dan tips investasi aset digital yang dirancang untuk memperkaya pengetahuan kamu dalam dunia kripto.
FAQ
Apa penyebab utama IHSG bisa turun tajam?
Penurunan tajam biasanya dipicu kombinasi aksi jual asing, pelemahan rupiah, inflasi tinggi, dan sentimen negatif global atau domestik.
Apakah IHSG mencerminkan semua saham?
Ya, IHSG mencakup seluruh saham yang tercatat di BEI — jadi ia memberikan gambaran agregat pasar.
Faktor global apa yang paling mempengaruhi IHSG?
Kebijakan suku bunga AS, krisis global, dan sentimen pasar luar negeri — ketika pasar global melemah, dana bisa keluar dari pasar Indonesia.
Akankah IHSG selalu naik dalam jangka panjang?
Tidak selalu — meskipun ada tren naik jangka panjang, periode koreksi atau penurunan bisa terjadi kapan saja.
Bagaimana cara investor pemula menghadapi volatilitas IHSG?
Fokus pada fundamental saham, jangan terbawa hype, gunakan manajemen risiko (stop-loss), dan pertahankan perspektif jangka panjang.
Disclaimer: Pandangan yang diungkapkan secara eksklusif milik penulis dan tidak mencerminkan pandangan platform ini. Platform ini dan afiliasinya menolak segala tanggung jawab atas keakuratan atau kesesuaian informasi yang disediakan. Ini hanya untuk tujuan informasi dan bukan merupakan saran keuangan atau investasi.





