5 Saham Indo Konglo Indonesia, Rekomendasi Pilihan Investasi Terbaik!
2025-09-16
Dunia investasi saham selalu menarik, apalagi jika menyangkut konglomerat besar Indonesia. Baru-baru ini, Forbes merilis daftar orang terkaya Indonesia yang sebagian besar kekayaannya berasal dari kepemilikan saham di perusahaan publik.
Nama-nama seperti Prajogo Pangestu, Low Tuck Kwong, Hartono bersaudara, Sri Prakash Lohia, dan Dato Sri Tahir jadi sorotan. Saham-saham yang mereka miliki tidak hanya menjadi sumber kekayaan pribadi, tetapi juga menjadi motor penggerak pasar modal Indonesia.
Kita akan membahas 5 saham Indo konglo Indonesia yang patut dikenal investor. Yuk, langsung kita ulas satu per satu.
Baca Juga: 7 Cara Trading Crypto Jitu untuk Pemula, Lengkap dengan Tips dan Trik-nya
Rekomendasi Pilihan Investasi Saham Indo Konglo Indonesia

Prajogo Pangestu dan Saham Energi
Prajogo Pangestu kini menduduki posisi teratas orang terkaya Indonesia. Sumber utama kekayaannya berasal dari saham di perusahaan energi dan petrokimia. Ia menguasai saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) yang berfokus pada industri petrokimia.
Selain itu, Prajogo memperluas bisnisnya ke energi baru terbarukan lewat PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN). Perusahaan ini melakukan IPO pada 2023 dan berhasil menarik banyak perhatian investor.
Tidak berhenti di situ, ia juga merambah ke sektor batubara melalui PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), sekaligus memiliki pengaruh di PT Petrosea Tbk (PTRO).
Kombinasi sektor petrokimia, energi terbarukan, dan batubara membuat saham-saham terafiliasi Prajogo menjadi sorotan. Bagi investor, mengikuti langkah konglomerat ini bisa menjadi strategi untuk melihat tren jangka panjang, terutama di sektor energi yang semakin penting.
Low Tuck Kwong dan Bayan Resources
Dato Low Tuck Kwong dikenal sebagai raja batubara Indonesia. Ia merupakan pendiri dan pemegang saham utama PT Bayan Resources Tbk (BYAN). Kepemilikannya mencapai lebih dari 40% saham beredar, menjadikannya pemain utama di industri ini.
Produksi Bayan Resources pada 2024 mencapai 57 juta ton batubara, menjadikannya salah satu produsen terbesar di tanah air.
Dengan lonjakan harga batubara dalam beberapa tahun terakhir, kekayaan Low Tuck Kwong melonjak signifikan. Hal ini juga berdampak pada performa saham BYAN yang terus menarik minat investor.
Bagi investor yang tertarik pada sektor energi tradisional, BYAN sering dipandang sebagai saham dengan potensi stabil.
Namun, volatilitas harga batubara global tetap menjadi faktor penting yang harus dipertimbangkan. Kehadiran Low Tuck Kwong di daftar orang terkaya Indonesia memperkuat posisi saham ini di pasar modal.
Hartono Bersaudara dan Gurita Bisnis BBCA
Robert dan Michael Hartono sudah lama dikenal sebagai konglomerat besar Indonesia. Kekayaan mereka berasal dari berbagai sektor, mulai dari rokok dengan Djarum, elektronik dengan Polytron, hingga perbankan melalui kepemilikan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
BBCA saat ini menjadi bank swasta terbesar di Indonesia dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia.
Selain itu, Hartono bersaudara juga memiliki saham di PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), penyedia menara telekomunikasi, serta terlibat di sektor ritel melalui PT Supra Boga Lestari Tbk (SUPR).
Diversifikasi saham Hartono bersaudara menunjukkan strategi investasi yang menyebar di banyak sektor. Dengan kepemilikan mereka di BBCA yang terus mencetak kinerja solid, saham ini kerap disebut sebagai salah satu pilihan aman bagi investor jangka panjang.
Sri Prakash Lohia dan Indo-Rama
Sri Prakash Lohia adalah sosok penting di industri petrokimia dan tekstil. Ia mendirikan PT Indo-Rama Synthetics Tbk (INDR), sebuah perusahaan yang memproduksi dan mengekspor serat sintetis serta tekstil ke pasar global.
INDR memiliki pabrik tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di Turki dan Uzbekistan. Ekspansi internasional ini menjadikan Indo-Rama sebagai salah satu pemain global dari Indonesia. Dengan inovasi berkelanjutan, perusahaan ini terus memperkuat posisinya di pasar dunia.
Kekayaan Sri Prakash Lohia mencapai puluhan miliar dolar, menjadikannya salah satu konglomerat berpengaruh.
Saham INDR menjadi bukti bahwa perusahaan Indonesia bisa bersaing di tingkat internasional, dan memberikan peluang bagi investor yang ingin menambah eksposur ke sektor global.
Baca Juga: Mengenal Crypto Lending: Bunga, Kolateral & Cara Pinjam yang Benar
Dato Sri Tahir dan Mayapada Group
Dato Sri Tahir adalah pendiri Mayapada Group, yang memiliki bisnis utama di sektor perbankan melalui PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA). Selain itu, Tahir juga terlibat di sektor kesehatan lewat PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ) yang mengelola Rumah Sakit Mayapada.
Konglomerasi bisnis Tahir tidak hanya berhenti di sektor perbankan dan kesehatan. Ia terus memperluas portofolio dengan fokus pada pertumbuhan jangka panjang. Kekayaannya mencapai lebih dari US$4 miliar, menempatkannya di jajaran orang terkaya Indonesia.
Saham-saham yang terafiliasi dengan Tahir mencerminkan strategi diversifikasi di sektor penting. Bagi investor, kehadiran saham-saham ini bisa menjadi peluang untuk masuk ke sektor kesehatan dan perbankan yang tetap relevan di masa depan.
Kesimpulan
Lima nama besar konglomerat Indonesia menunjukkan betapa pentingnya saham dalam membangun kekayaan. Dari Prajogo Pangestu dengan sektor energi, Low Tuck Kwong dengan batubara, Hartono bersaudara dengan perbankan, Sri Prakash Lohia dengan tekstil, hingga Dato Sri Tahir dengan kesehatan dan perbankan.
Saham-saham ini menjadi contoh nyata bagaimana konglomerat menjaga dan mengembangkan kekayaan mereka.
Bagi investor, mengenal 5 Saham Indo Konglo Indonesia bisa menjadi langkah awal untuk memahami strategi diversifikasi. Jika tertarik, Anda bisa mulai trading di Bittime Exchange atau membaca ulasan pasar terbaru di Bittime Blog.
FAQ
Apa itu Saham Indo Konglo Indonesia?
Saham Indo Konglo Indonesia merujuk pada saham yang dimiliki konglomerat besar Indonesia.
Siapa konglomerat dengan saham terbesar di energi?
Prajogo Pangestu melalui Barito Pacific, Chandra Asri, dan Barito Renewables.
Saham bank apa yang dimiliki konglomerat?
Hartono bersaudara menguasai saham Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Apakah ada konglomerat yang fokus di batubara?
Ya, Dato Low Tuck Kwong melalui PT Bayan Resources Tbk (BYAN).
Apakah saham konglomerat selalu aman?
Tidak selalu, karena tetap ada risiko pasar. Diversifikasi tetap penting.
Disclaimer: Pandangan yang diungkapkan secara eksklusif milik penulis dan tidak mencerminkan pandangan platform ini. Platform ini dan afiliasinya menolak segala tanggung jawab atas keakuratan atau kesesuaian informasi yang disediakan. Ini hanya untuk tujuan informasi dan bukan merupakan saran keuangan atau investasi.



